Rayuan Maut Bruno Mars *)

Berkemeja putih lengan pendek, dibalut vest warna cokelat tua dan topi cokelat muda nangkring di kepala, Bruno Mars melancarkan rayuan mautnya.

“Indonesia, Can I kiss your lips and put my hands on your hips, girl” ujarnya sambil bernyanyi. Ribuan penonton wanita, baik yang membawa pacar atau bahkan anak, sontak menjerit histeris. Di lain lagu ia kembali melancarkan aksinya, kali ini dengan mengajak para penonton—lagi-lagi terutama penonton Hawa—untuk ikut bernyanyi.

Do you love me? Ayo ladies, ikutlah bernyanyi bersamaku,” ujarnya, mengajak penonton menyanyikan larik ‘do you love me’. Begitu penonton mengikuti instruksinya, ia membalasnya dengan melantunkan ‘oh yes, I do’ dengan halus,  membuat para penonton kembali berteriak-teriak histeris untuk sang bintang di panggung.

???????????????????????????????

Beginilah penampilan Bruno Mars di sepanjang konsernya yang bertajuk The Moonshine Jungle Tour di Mata Elang International Stadium, Senin, 24 Maret lalu. Sang perayu ulung ini tahu betul bagaimana melumerkan  hati para penonton. Seluruh inci tubuhnya ia gunakan untuk tujuan ini, mulai dari senyum berlesung pipi yang tak henti ia bagikan sepanjang pertunjukkan, hingga goyangan pinggul yang langsung membuatnya panen jeritan. Belum lagi lirik-lirik lagunya yang memang penuh bujuk rayu.

Namun Bruno Mars bukan sekadar Don Juan bergitar yang hanya jago merayu di atas panggung. Pria 28 tahun yang bernama asli Peter Gene Hernandez ini adalah penampil dengan kemampuan showmanship luar biasa, yang  mampu menjaga ritme konser untuk terus berada di puncak. Tak heran, panggung terus berdenyut oleh pertukaran energi yang konstan dari sang performer dengan penontonnya.

IMG_0829

Konser dibuka jam sembilan malam, molor setengah jam dari waktu seharusnya. Tirai panggung yang berbordir pohon kelapa dijatuhkan dari atas panggung, menampilkan Bruno dan bandnya yang langsung menggebrak dengan, Moonshine. Dibawakan dengan live band bersama jajaran pemain terompet dan beberapa backing vocal, nomor bertempo sedang ini terasa lebih bertenaga dibanding versi rekamannya.

Di lagu selanjutnya, adrenalin penonton dipompa dengan menghadirkan Natalie yang bertempo lebih cepat. Dengan lampu disko raksasa di atas panggung, peraih dua piala Grammy ini membawakan lagu ketiganya yang berirama disko, Treasure, sambil bergoyang bersama para penyanyi latarnya.

Dalam tur konsernya ini Bruno termasuk rajin mengotak-atik lagunya, memasukkan unsur kejutan yang membuat penonton tetap terfokus ke dalamnya. Pada lagu keempat misalnya, ia menyanyikan lagu ikonik Barret Strong, Money (That’s What I Want), dan di tengah lagu tiba-tiba masuk chorus Billionaire, lagunya bersama Travie McCoy yang melambungkan namanya di awal karier. Atau ketika ia melakukan tap dance singkat dan bernyanyi dengan megafon di Runaway Baby, atau memain-mainkan vokalnya pada Marry You.

Selain lagu-lagu ini, ia juga membawakan hits yang telah membesarkan namanya, seperti Grenade, Count on Me dan jugaIt Will Rain yang dimedley dengan If I Knew.

 

Dalam konsernya kemarin Bruno Mars juga sempat berbagi lampu sorot dengan Philip Lawrence—tangan kanannya yang kerap tampil bersama sekaligus rekannya  dalam mengerjakan lagu—terutama pada Lazy Song. Di pertengahan lagu ini terdapat suara wanita, yang dalam konser kemarin dilakukan oleh Lawrence. Mars menantang Lawrence untuk kembali melakukannya.

“Tunggu sebentar, aku harus melakukan persiapan dulu,” ujar Lawrence sambil melakukan push up yang diiringi intro energik dari Eye of The Tiger milik Survivor. Tak pelak, aksi ini memancing reaksi penonton yang riuh.

IMG_0847

Konser dengan bandrol tiketl Rp 800 ribu hingga 3,5 juta ini terasa begitu singkat. Sekitar satu seperempat jam dari lagu pertama, Mars melantunkan Just The Way You Are yang ia sebut sebagai lagu terakhir. Sambil tersenyum lebar, Mars berpose dari ujung ke ujung panggung, melambaikan tangan pada fans, dan berjanji untuk kembali lagi ke Indonesia.

Lampu panggung menggelap, namun penonton tentu tak tertipu. Kurang dari semenit penonton meneriakkan ‘we want more’  Bruno Mars kembali muncul. Kali ini ia memegang stik dan menggelar solo drum bekecepatan tinggi. Kadang ia pamer, menabuhnya dengan satu tangan.

Kali ini lagu terakhir, Locked Out of Heaven, benar-benar dimainkan. Penonton di lantai festival kembali menggila, sementara yang duduk di bangku tribun terlonjak dari kursi duduknya. Tampaknya, tak ada yang ingin melewatkan saat-saat terakhir terkunci di Taman Firdaus bersama Bruno Mars.

 

*)Tulisan ini sudah terbit di Koran Tempo, Rabu, 26 Maret 2014.

Alasan kenapa kumuat  di blog lagi?

1. Temen-temen reporter lain juga masukin tulisan koran/ majalahnya ke blog. Njuk aku melu-melu wae.
2. Menurutku ini konser paling oke yang pernah kudatengin (walau tempat dudukku semacam di ujung dunia)
Si Bruno kelihatan niat ngasih sajian lebih untuk penonton yang rela bayar tiket. Nggak cuma ngerombak komposisi lagu dan ngasih kejutan di hampir semua nomor yang dimainkan, si Mas ini juga keliatan enjoy sepanjang konser. Nggak kayak Mbak ‘AL’ yang konser tanggal 12 kemaren.
Oh, dan tata pencahayaan kemaren keren abis. Jadi… bolehlah si tulisan keluar lagi dari harddisk.

Eniwei…kenapa setelah baca tulisan ini lagi aku terlihat seperti fangirl kesetanan yang kelojotan tiap kali si Bruno geal-geol ya?